Wednesday, November 3, 2010

oh pantun

Bulan purnama ke pekan Kuah,
Di tengah hari membeli ragi;
Dirimu umpama nyiur bertuah,
Padat sari harum mewangi.

Curah serbat di atas lantai,
Basah tikar lupa disidai;
Dikau ibarat karang di pantai,
Tak pernah gentar dipukul badai.

Pohon sena tepi perigi,
Tepi paya si pohon jambu;
Hadirmu laksana suria pagi,
Menyinar maya tak pernah jemu.

Anak dara ke Tanjung Batu,
Janji bertemu di Teluk Bayu;
Walau usia dimamah waktu,
Cekal hatimu tak pernah layu.

Bukan gua sebarang gua,
Gua penuh pusaka bonda;
Bukan tua sebarang tua,
Tua penuh ilmu di dada.

Pergi ke Nilai membeli jamu,
Jamu rasa dari tenggara;
Tidak ternilai jasa baktimu,
Kepada bangsa juga negara.

Tidak goyah pancang seribu,
Tika masih badai menderu;
Engkau ayah engkaulah ibu,
Menumpang kasih mengubat rindu.

Pohon beringin tepi keramat,
Dengar siulan diufuk barat;
Kalau ingin hidup selamat,
Buat bekalan untuk akhirat.

Beli keladi di Pekan Lidup,
Sayang rasa lemaknya kurang;
Taburlah budi ketika hidup,
Kelak jasa dikenang orang.

Pintal kapas menjadi benang,
Tenun benang menjadi sari;
Barang yang lepas jangan dikenang,
Kalau dikenang meracun diri.

Pohon senduduk baru di tanam,
Sayang mati di pijak pak tani;
Dari duduk baik bersenam,
Senang hati sihat jasmani.

Apa guna siparang panjang,
Kalau tidak dengan tujuan;
Apa guna berumur panjang,
Kalau tidak dengan amalan.

Timba suasa ditepi kali,
Buat menyimbah si tuan puteri;
Berputus asa jangan sekali,
Jadikan tabah pakaian diri.

Betik muda buat halwa,
Kelapa muda santan dirasa;
Biar muda di dalam jiwa,
Dari tua sebelum masa.